Tak bisa dipungkuri kalau di Indonesia ini masalah gizi buruk masih cukup tinggi. Gizi buruk ini bisa memberikan efek domino ke anak-anak. Dalam jangka panjang anak-anak bisa menderita stunting.
Sebenarnya ada empat hal yang harus diperhatikan agar anak-anak kita terhindar dari stunting , yaitu dengan memberikan makan makanan sehat yang beragam dalam jumlah yang cukup, menerapkan pola hidup bersih, melakukan aktivitas fisik dan memantau berat badan ideal.
Masalah stunting dan gizi buruk bisa terjadi ketika si kecil masih dalam kandungan. Akibat dari stunting ini tidak bisa dianggap sepele karena dapat mempengaruhi kecerdasan dan tumbuh kembang si kecil. Prestasi si kecil di sekolah juga dapat terhambat, perkembangan emosionalnya juga dapat terganggu, serta rentan juga terkena penyakit.
Dan setiap orang tua pasti ingin melahirkan anak yang sehat, tetapi banyak faktor yang kadang membuat kenyataan tak seindah harapan. Salah satunya adalah faktor ekonomi yang bisa menjadi penyebab para orang tua melahirkan anak – anak dengan gizi yang buruk.
Tanaman Liar Untuk Memerangi Kekurangan Gizi
Hayu Dyah Patria Jombang, Jawa Timur salah satu Penerima Apresiasi Satu Indonesia Awards 2011 adalah wanita warga Sidoarjo, yang mengenalkan pemanfaatan tanaman liar itu kepada warga Galengdowo. Niat Hayu sangat sederhana, “Untuk melestarikan tanaman liar, sekaligus memperkuat ketahanan pangan dan memerangi kekurangan gizi dengan cara yang masuk akal,” katanya.
sumber gambar canvapro nyemilin
Hayu Dyah memanfaatkan tanaman pangan liar untuk memperkuat dan memerangi kekurangan gizi pada masyarakat desa. Hayu juga percaya bahwa untuk mengatasi gizi buruk di masyarakat ini bisa dengan memberdayakan tanaman lokal yang ada di sekitar masyarakat. Selain gratis tidak perlu membayar, tanaman liar yang ada disekitaran masyarakat ini juga memiliki kandungan gizi yang bagus untuk pertumbuhan.
Sebagai ahli teknologi pangan, Hayu Dyah, kelahiran Gresik, 27 Januari 1981, tertantang meningkatkan status gizi masyarakat. Dia melihat sekeliling, apa yang mudah dijangkau orang kebanyakan. Pilihan jatuh pada tanaman liar.
Daun kastuba, misalnya, berlimpah kandungan mineral. Lalu, daun krokot, makanan kesukaan jengkerik, ternyata kaya berbagai macam vitamin dan, ini yang terpenting, senyawa pendongkrak kecerdasan. Daun krokot sendiri banyak mengandung asam lemak omega 3 untuk perkembangan sel otak anak
sumber gambar SATU Indonesia Awards
Data Riset Kesehatan Dasar 2010 mengungkapkan, angka kekurangan gizi di Indonesia masih tinggi, yakni 17,9%. Penyebab utamanya adalah kemiskinan. Dan penemuan Hayu Dyah buqkan hanya berguna unyuk warga Desa Galengdowo saja, melainkan msyarakat seluruh Indonesia. Karena tanaman ini bisa didapat tanpa uang tinggal petik, tapi kandungan gizinya tak kalah dari tanaman budidaya. Hayu swndiri berhasil mengindentifikasi 300 species tanaman liar.
Pelopor Tanaman Liar Untuk Atasi Gizi Buruk
Tak hanya sampai disitu, Hayu juga membuat sebuah Yayasan Mantasa yang diawali saat masih menjadi seorang mahasiswa Universitas Widya Mandala Surabaya 2004, yang hendak membuat penelitian tentang mangrove.
Dan sejak tahun 2009, Hayu Dyah memberdayakan ibu-ibu rumah tangga di Desa Galengdowo Jombang untuk memanfaatkan tanaman liar sebagai bahan makanan seperti seperti krokot, daun racun, tempuyung, legetan, dan sintrong. Akhirnya perjuangan Hayu Dyah pun membuahkan hasil bersama teman-teman akademisi dan penelitinya , Hayu Dyah berhasil meneliti 10 tanaman pangan liar secara lebih serius.
Tentu apa yang dilakukan Hayu Dyah memberikan manfaat yang luar biasa terhadap masyarakat desa. Semenjak itu, masyarakat desa banyak yang mengkonsumsi tanaman pangan liar sebagai makanan sehari – hari dibandingkan makanan olahan. Dan masyarakat desa pun saat ini banyak yang sudah membudidayakan tanaman pangan liar.
sumber gambar SATU Indonesia Awards
Tak hanya memberikan dampak positif bagi masyarakatnya, desa Galengdowo pun merasakan manfaatnya yaitu desa Galengdowo menjadi dikenal setelah melakukan presentasi di luar negeri mengenai apa yang telah dilakukannya untuk membantu mengatasi gizi buruk dengan mengkonsumsi tanaman pangan liar.
Akhirnya perjuangan Hayu Dyah untuk membawa masyarakat keluar dari bayang-bayang gizi buruk, Dyah mendapatkan penghargaan Apresiasi SATU Indonesia Awards 2011. Dan memang Hayu Dyah sangat layak untuk mendapatkan apresiasi tersebut, karena telah banyak membantu masyarakat untuk memerangi gizi buruk yang selama ini terus mengintai.
Bersyukur banget bisa tinggal di sebuah negara yang memiliki kekayaan alam berupa aneka ragam tanaman yang bisa kita manfaatkan dengan baik. Sungguh kekayaan alam yang perlu dijaga kelestariannya.